Selasa, 02 Oktober 2018

PATER WASER SVD

PATER WASER SVD

Pesan Pater Waser untuk ALUMNI

Pesan Pater  untuk para ALUMNI . Video ini diambil oleh Rafael Idemly Don Bosco,   ketika Pater dirawat di RS Saint  Carokus Jakarta pada tahun 2019 (?) :

I: Pater ada pesan untuk alumni yang di Jakarta Pater?
P: Iyah...(sambil tersenyum). Harap mereka tetap sehat.  Dan berjuang. Jangan mundur di dalam segala kesulitan  (masalah). Pertahankan agama  dan aktif  di paroki  sesuai dengan kebutuhan.  





Pater Waser, SVD  merupakan misionaris SVD asal Swis, Eropa Barat   yang berkarya di  Manggarai, Flores, NTT. Beliau berpastoral di Paroki St. Yakobus, Wangkung, Rahong, kecamatan Ruteng, Manggarai.
Menurut beberapa sumber, Pater Waser, SVD tiba di Manggarai tahun 1970 - an. Tahun 1976, beliau tiba di Seminari Kisol. Beliau ikut pelajaran Bahasa Indonesia  bersama  seminaris. Saat itu Bapak Pius Udi  mengampu pelajaran Bahasa Indonesia.  (Placidus Gala dan Frans Borgias  dalam FB (https://www.facebook.com/max.bona)



Berikut, gambar Pater Waser,SVD  di masa tuanya. Gambar  bersama alumni St. Klaus Kuwu, Yoseph Ang Ardy Susanto  pada , awal  Juni 2019  di  Tempat Istirahat Pater Waser di Bari, Macang Pacar, Manggarai Barat, Flores  Barat.




Siapakah Pater  Ernest Waser,SVD?

  1. Pastor SVD   asal Swiss, Eropa Barat yang melakukan karya misi Gereja Katolik di Manggarai, Flores  Barat, NTT.
  2. Di Manggarai Pater Ernest Waser bekerja di Paroki (St. Yakobus Wangkung) . Pada tahun 1983/19984  beliau mendirikan SMP St. Klaus Kuwu, lalu tahun 1989/1990 berdiri SMA St. Klaus Kuwu.  Selain bekerja di dunia pendidikan, beliau  membangun infrastruktur dan sarana prasarana. Jalan Cireng - Rahong - Wae Aur - Pasa  di  Rahong  Utara beliau yang melakukan  pengerasan sehingga nyaman dilalui kendaraan roda  dua dan empat. Selain membangun infrastuktur jalan, beliau membangun jembatan. Di bidang sarana, beliau membangun Gereja, seperti Gereja St. Klaus Kuwu, Gereja Wae Bangka Lembor, Gereja  Golowelu, Gereja Wangkung,  Pada tahun  2000 -an  beliau mendirikan SMA St. Klaus  Werang. 
  3. Beliau pemimimpin yang lebih banyak bekerja daripada  berbicara. Pola hidup dan makannya sederhana.
  4. Beliau menolong banyak orang  miskin dengan cara membantu membiayaai  persekolahan mereka.
  5. Beliau pastor di paroki St. Yakobus  Wangkung dan stasi  St.Klaus  Kuwu. Selain itu, beliau menjadi   pengajar SMS. Di SMA  St. Klaus  beliau pernah  mengajar kami bahasa  Latin. Lucunya beliau mengajar kami Bahasa Latin tapi menggunakan  Bahasa  Jerman.. Mungkin karena Bahasa Jerman dan Latin serumpun.  ( JPS, 20 September 2019)
  6. Pada   8 - 27 November 2019, Pater Ernest Waser,SVD  dirawat di RS St. Carolus  Jakarta. Beliau didampigi  oleh Kak  Eca,istrinya  Pa Maksi  Mbangur. Beliau dirawat di VIP Sr. Fransiskus No. VI.   Pada Minggu, 10 November 2019 saya bersama  Idem,istrinya Idem  dan  mertuanya  Idem   serta  Dedy Sulaiman (alumnus)  membesuk  Pater  Waser, SVD  di  RS  Carolus. Saat itu  beliau belum  belum  dioperasi. Beliau dioperasi  pada Sabtu, 16 November 2019. Pada Selasa, 26  November 2019 beliau  pulang ke Manggarai.  Info kehadiran Pater Waser  ini  kami  alumni  ketahui dari  WAG  LOLEK (Lonto Leok). Robert  Kagum L  yang   jemput  Pater  di  Bandara Soekarno Hata menuju RS  St. Karolus  Jakarta.  Ricard  Rahmat  memforward   berita itu  ke WAG  yang ada   almuni St. Klaus  sehingga   kami alumni   bisa  tahu  tentang  hal ini.   Dua  kali  saya mengunjungi  beliau. Ada banyak hal  yang kami nostalgiakan. 
  7.  Pada 25 September 2021, ada perayaan St. Klaus secara virtual oleh para alumni. Pater Waser, SVD hadir.  Ada harappan yang sangat besar yang beliau sematkan untuk ALUMNI yakni  membantu proses hukum untuk menjadi WNI.  Beliau sudah lama mmenginginkan itu. Hingga usia 90 - an  staus itu beliau belum dapatkan. Selain itu, harapan agar ALUMNI  memiliki Yayasan tersendiri yang independent  termasuk terhadap pelbagai pihak termasuk Keuskupan Ruteng.





Pater  Waser  bersama alumni, yakni Yasintus Ratu  dan  Ferdy Seriang. Dipost di WAG  ALUMNI St. Kalaus   pada  9 Februari 2023. 






____________

https://bogor.hallo.id/nasional/pr-1111279622/pater-wasser-bapak-pembangunan-dan-pendidikan-di-ntt-sejak-1977-masih-tunggu-status-wni

Pater Waser, Bapak Pembangunan dan Pendidikan di NTT Sejak 1977, Masih Tunggu Status WNI

- Minggu, 26 September 2021 | 13:01 WIB








HALLO BOGOR – Karya misionaris asal Swiss Pater Ernst Waser SVD yang biasa disapa Pater Waser, tak akan terlupakan oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di Manggarai.

Berkarya sejak tahun 1977 dan hingga saat ini sudah berusia 94 tahun, Pater Waser ingin menghabiskan masa tuanya di Manggarai karena kecintaan dan kesetiaannya yang begitu besar.

Tidak ada sedikitpun niatnya untuk meninggalkan Indonesia kembali ke negara asalnya di Swiss.

Namun sayang, di usianya yang sudah 94 tahun dan berkarya kurang lebih 44 tahun di Indonesia, masih harus menunggu status kewarganegaraannya menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).

Jejak-jejak pembangunannya hingga saat ini masih bisa dinikmati penduduk setempat. Seperti jalan raya, rumah ibadah, gedung sekolah, air minum dan lain sebagainya.

Menariknya, Pater Waser tidak saja membangun Gereja bagi umat Katolik yang menjadi mayoritas di Manggarai, tapi ia juga membangun Masjid di beberapa lokasi terutama di daerah pesisir pantai.


Ia pun layak disebut bapak pembangunan dan pendidikan sekaligus sebagai “bupati bayangan”.

Pasalnya, selain sebagai imam yang bertugas di Paroki Wangkung (Ruteng), ia juga terjun langsung pada karya-karya kemanusiaan.

Dimulai dari bidang pendidikan, kemudian ia mengambil bagian pembangunan infrastruktur seperti jalan raya dan air minum. Maka tak heran, ia sangat populis sebagai tokoh pembangunan.


Karyanya tak terhitung banyaknya. Entah berapa ribuan masyarakat yang menikmatinya. Ia membangun Gereja, juga membangun Masjid.

Salah satu karya yang menjadi warisannya hingga kini adalah lembaga pendidikan SMP/SMA St Klaus di Kuwu, RutengManggarai dan Werang, Manggarai Barat.

Rahim almater ini telah melahirkan generasi unggul. Mereka tersebar di seluruh pesolok bumi, dengan berbagai panggilan hidup, baik sebagai biarawan-biarawati, guru, ASN dan sebagainya.

Khusus di sektor pendidikanPater Waser menghadirkan model pendidikan unik, “semi seminari” sebagai tempat persemaian biarawan, biarawati serta rohaniwan Katolik.

Disebut “semi-seminari” karena siswa sekolah ini terdiri-dari pelajar putra dan putri (sekolah campuran) bukan single-sex schools seperti seminari pada umumnya.

Pemilihan “St. Klaus” sebagai nama lembaga pendidikan bentukannya terinspirasi oleh kisah kesalehan St. Nikolaus von Flue dari negeri asalnya, Swiss. Masyarakat Swiss lebih mengenalnya dengan nama St. Klaus.

Nama St. Klaus inilah bermakna “dwitunggal” – satu nama sekaligus sebagai nama lembaga pendidikan sekaligus pelindungnya seperti kebanyakan lembaga pendidikan Katolik. Dan, Pater Waser sangat mencintai dan mengagumi tokoh suci ini.

Dalam kalender Gereja Katolik, pesta St. Nikolaus dari Flue dirayakan setiap tanggal 25 September.

Tak heran bila setiap tanggal tersebut tiba, baik di Kuwu maupun di Werang, selalu merayakannya secara meriah. Para alumnus pun merayakannya di tempat tugas dengan caranya yang berbeda.

Seperti dikutip Hallobogor.com dari eNBE dengan judul: "Mengenal Bupati Manggarai, Wasser-Seorang Pastor, Tinggal Menunggu Pengakuan Jokowi".

Umur Tua, Berjiwa Muda

Pada HUT ke-38 SMP/SMA St. Klaus tahun ini, di tengah situasi pandemi Covid-19, pesta pelindung dirayakan secara sederhana melalui media zoom.

Tak banyak rangkaian acara selain pengantar dari host, sapaan Pater Wasser, selayang pandang Yayasan Bhakti Alumni Pendidikan Pater Waser, sapaan dari para guru dan alumni, serta doa dan berkat dari Pater Andi MI.

Pada momentum kali ini, panitia memberikan ruang waktu yang leluasa untuk Pater Wasser.

Usianya menua, fisiknya semakin rentan, dan suaranya melemah tetapi bara semangat dan optimisme tak pernah padam seperti Wasser yang dikenal dulu.

Pater mengawali sapaannya dengan mengajak segenap alumni untuk melihat ke belakang, keluarganya dan perjalanan imamatnya dari Swiss hingga bumi Congka Sae (Manggarai).

Pater Waser lahir pada tanggal 15 Juni 1927 di Swiss. Ia berasal dari keluarga yang besar. Salah satu saudarinya mengabdikan diri sebagai seorang biarawati.

Pada usia 18 tahun (1947) ia hadir pada upacara kanosasi Santu Klaus di Roma. Dua tahun kemudian (1949), Waser muda memutuskan masuk novisiat SVD (Serikat Sabda Allah) di Sankt Augustin – Jerman.

Masa pendidikan seminarinya berjalan mulus hingga ia ditahbiskan menjadi imam Katolik pada tahun 1954.

Pada tahun 1968, Pater Waser dipercayakan oleh pimpinan SVD sebagai pemimpin Rumah Misi Maria Hilf Steinhausen Swiss dan 3 tahun kemudian (1971), ia diangkat sebagai Provinsial SVD di Swiss.

Sebagai umat Gereja Katolik dan warganegara SwissPater Waser harus patuh pada tanah kelahirannya, maka ia pun diutus sebagai pastor tentara Swiss untuk mengikuati perziarahan internasional tentara-tentara Eropa di Roma (1976).

Setahun kemudian, Pater Waser mendapat tantangan baru menjadi misionaris di negeri asing atas permintaan Mgr. Vitalis Jebarus, Uskup Ruteng kala itu.

Negeri yang jauh dari tanah leluhur dan keluarganya. Keterasingan negeri tersebut lantas tak membuat semangat panggilannya mengendur, sebaliknya panggilan imamatnya kian membara. Bersama Sang Imam Agung, Yesus Kristus, ia menyebrangi samudera dan benua.


Spiritualitas St. Klaus yang merasukinya semakin memantapkan langkahnya menuju Indonesia, ladang misi yang akan digarapnya.

Pater Waser tiba di Jakarta pada tanggal 8 Februari 1977. Dari Jakarta menuju Manggarai. Pada 1979, Mgr. Vitalis Jebarus menugaskan Pater Wasser sebagai Pastor Paroki Wangkung dan tugas diperbantukan pada Dioses Regional P. Paulus Rahmat SVD.

Di usianya yang ke-93, tahun 2020, Uskup Ruteng Mgr. Dr. Siprianus Hormat membebaskantugaskan Pater Wasser dari segala tugas pastoral.


Kini, ia menjalani masa pensiunnya di Wangkung, tempat dimana ia memulai garapannya sebagai misionaris, 44 tahun silam.

Pada kesempatan ini pula, Pater Waser mengenang pribadi-pribadi yang sangat berjasa dalam hidupnya, panggilan dan karyanya misinya di Manggarai.

Selain keluarga sebagai seminari kecil, Wasser menyebut nama almarhum Mgr. Vitalis Jebarus sebagai tokoh kunci kedatangannya ke Indonesia – tepatnya di Manggarai.


Dalam kapasitasnya sebagai Uskup Ruteng pada waktu itu, ia mengundang Pater Waser untuk bermisi di Manggarai.

Kedatangannya bukan utusan SVD tetapi karena diminta/diundang oleh Mgr.Vitalis. Kepada Pater Waser, Mgr. Vitalis menyampaikan bahwa orang Manggarai sudah beragama tetapi mereka masih seperti di wasiat (Perjanjian Lama).

Ia menyampaikan sangat berterima kasih kepada mantan Uskup Ruteng dan Denpasar ini.

Baca Juga: Kasus Pembunuhan Anggota TNI di Depok, Pelaku Mengaku Emosi karena Kejadian Sebelumnya

Pula ada Pater Geradus Mezemberg SVD, misionaris asal Belanda yang berkarya di Manggarai.

Sosok yang kedua ini, memiliki jasa besar bagi gereja lokal (Manggarai), ia pensiun sambil mengajar Agama Katolik di SMP dan kemudian wafat di Kuwu.

Pribadi yang terakhir ini, menurutnya, ia layak dikanosisasi karena karya pengabdiannya dan jasa besar terhadap perkembangan Gereja Katolik lokal dan sejagad. Ia adalah Mgr. Wilhelmus Van Bekkum asal negeri Kincir Angin.


Sang Uskup yang turut mengambil peran dalam reformasi tubuh Gereja Katolik melalui Konsili Vatikan II dengan mengusulkan inkulturasi kedalam tata perayaan misa Gereja Katolik.

Jejak perjuangannya itu terwarisi hingga kini sehingga kehadiran Gereja yang membumi dan adapatif terhadap kearifan-kearifan budaya lokal – musik dan tarian khususnya.

Pada kesempatan tersebut, dihadapan Pater Waser, segenap alumni St. Klaus sejagad, yang diwakili oleh Max Adil, memaparkan selayang pandang pembentukan yayasan.


Nama yayasan tersebut adalah Yayasan Bhakti Alumni Persekolahan Pater Ernst Waser. Pembentukan yayasan merupakan cita-cita bersama.

Max dalam paparannya, dengan terang benderang menyatakan bahwa kehadiran yayasan ini merupakan pergulatan pribadi-pribadi yang berkehendak baik dan memiliki gagasan besar untuk memberikan kembali apa yang mereka telah terima dari Pater Waser.

Alumni akui tak bisa memberi semua apa yang telah diterima. Paling tidak alumni memiliki tanggungjawab moril agar semangat Pater Waser bisa hidup abadi, berkembang dan menjangkau banyak orang.

Secara sederhana, apa yang alumni alami, dialami oleh orang lain. Dasar itu, nama yayasan ini menggunakan nama Pater Waser.

Dari layar tampak wajah Pater Waser sontak cerah dan senantiasa menampakkan senyum bahagia.

Kebahagiaannya bukan karena namanya disematkan sebagai nama yayasan melainkan harapan dan cita-citanya diteruskan oleh anak didiknya.

Pembentukan yayasan ini tak hanya menjadi pergulatan bathin anak didik pula pergulatan bathinnya.

Ini terungkap dari pengakuan bapak guru Stefanus Notan yang beberapa kesempatan bertemu Pater Waser dan mendengar curahan hati Pater Waser secara langsung.

“Saya bukan siapa-siapa, bukan alumni, tapi apa yang saya alami hingga saat berkat jasa Pater. Saya apresiasi dan bangga dengan alumni dengan kehadiran yayasan alumni." 


"Jiwa St. Klaus yang dimiliki Pater Waser ini pun terus menular untuk orang lain, memperhatikan orang lain."

"Di sisa hidupnya, ia mau menyaksikan kelanjutannnya karyanya. Banyak karyanya yang tak terurus dengan baik karena tidak ada yang mengurus dengan baik. Harapan satu-satunya adalah para alumni.”

Dialog pun semakin alot. Pater Waser pun enggan meninggalkan ruang virtual meskipun host Ferdin Seriang berkali-kali mengijinkan Pater Waser untuk keluar ruang virtual agar bisa beristirahat.


Pater tak bergeming dari layar. Wajahnya tampakkan senyum, bahagia, haru – berbaur di dalamnya.

Mengutip pernyataan guru kami, Stefanus Nota, “Di sisa hidupnya, ia mau menyaksikan kelanjutannnya karyanya.” Itu terjadi malam ini, Sabtu, 25 September 2021 malam.

Ia telah mendengarkan tekad alumni untuk mendirikan yayasan. Tekad itu telah sedang berproses dan pastinya berbuah karena didalamnya mengalir semangat misioner Pater Waser, spiritualitas St. Klaus, dan Yesus Sang Guru Sejati.

Kebahagiaan Pater Waser tak terungkap oleh kata-kata tetapi sorot mata dan garis-garis wajah mengatakannya.

Ia seolah tak mau kalah semangat dengan alumni, sesekali ia menyela dan menyatakan sesuatu yang terlewatkan pada paparan awal.

Berharap ke Jokowi

Kepastian sebuah yayasan sudah terjawab malam ini, tetapi Pater Waser masih memiliki sebuah mimpi sederhana agar permohonannya sebagai Warga Negara Indonesia dikabulkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ia tak hentinya berdoa, tentu ia mohon doa dari kita semua agar dirinya dapat diterima sebagai warga negara Indonesia.

Permohonannya bukan tanpa alasan. Karya bhakti bagi negeri ini adalah bukti nyata kecintaannya pada negeri ini. Dialah misionaris sejati – mau hidup dan mati di ladang misi yang dicintainya.

“Semua ini sangat bergantung pada Presiden Jokowi,” tuturnya lirih dan bikin hati alumni yang mendengarnya terenyuh.

Permohonan peralihan status warga negara Pater Waser sedang berproses. Dokumen-dokumen sudah diurus oleh para alumnus St. Klaus di Jakarta.

Semoga dengan diterbitkannya status kewarganegaraan Pater Waser kelak menjadi kado terindah untuknya di penghujung tahun ini.

Terimakasih Pater untuk semua jasamu bagi alumni.*** (eNBe/Giorgio Babo Moggi)


__________


PATER WASER, SVD   SEBAGAI PEMERSATU

Kaum klerus yang   membangun unifikasi dengan Pater Waser, SVD

1. Mgr. Wihelmus Van Bekkum, SVD.  Uskup pertama Keuskupan Ruteng ini menghabiskan masa tuanya di Cancar dan Paroki Wangkung, Rahong. Pater Waser, SVD selaku  pastor Paroki Wangkung saat itu sering  mengajak Mgr. Van Bekkum, SVD  ke Paroki St. Yakobus Wangkung. Sambil menghabiskan masa tuanya di Wangkung, Mgr. Van Bekkum  sesekali melayani kebutuhan rohani anak-anak SMP St. Klaus Kuwu  dengan memimpin misa di Gereja St. Kllaus  Kuwu.

2. Pater Geradus Mezemberg, SVD. Pater Geradus merupakan misionaris Belanda  yang berkarya di Manggarai. Beliau cukup lama menjadi Pastor Paroki  Rangga bahkan sempat mengalami kecelakaan jatuh dari kuda saat Paroki di sana sehingga  kakinya  rusak.  Selain itu, Pater Geradus juga  pernah menjabat sebagai  Administrator Keuskupan Ruteng sebelum terpilihnya Uskup baru , Mgr. Eduardus Sangsun, SVD. Pada masa  tuanya, Pater Geradus menghabiskan waktunya di St. Klaus sebagai pengajar  dan pembimbing rohani bagi anak-anak dan umat melalui pelayanannya  saat melayani misa di Gereja St. Klaus Kuwu. Beliau menempati salah satu  rumah di  dekat pekuburan Kuwu. Dekat rumah itu ada  rumah lagi yang dipakai oleh suster PRR yang melayani anak-anak dan umat serta Pater Geradus, SVD.  Suatu saat  pada Misa Hari Minggu Pater Geradus pingsan saat memimpin misa di Gereja St. Klaus Kuwu.  Saya  ingat Pater Geradus Mezember, SVD saat memimpin misa di Gereja St. Klaus Kuwu  dan juga saat mengajar Agama Katolik kepada kami saak kelas I SMP tahun 1987/1988. Pater  Geradus  merayakan  Pesta Pancawindu (Emas?) Imamatnya  di Kuwu. Aula dipakai sebagai tempat resepsi. Beliau mengambil tema Pesta Panda Windu (Emas) : "Mangnificat  Anima Mea Dominum"  (Jiwaku memuliakan Tuhan). Ada Uskup Ruteng  dan  Para Pastor, Biarawan - Biarawati yang  hadir saat itu.  Setelah itu kondisi kesehatan beliau menurun hingga dirawat di RS  Cancar. Beliau meninggal di sana, lalu disemayamkan dan misa pelepasan  di Gereja St. Klaus Kuwu, lalu dimakamkan di Kuwu.  Ada banyak Pastor, dan suster   serta umat dan anak sekolah yang hadir  mengantar kepergiannya saat itu. 

3. Rm, Adol Sanar, Pr.  Sekitar tahun 1992, Rm. Adol Sanar,Pr   tinggal  di Kuwu.  Rm. Adol pintar berbahasa Jerman.  Setelah itu   Rm. Adolf   bertugas  di Keuskupan  Denpasar.  

4. Rm. Bene  Bensi, Pr.  Ketika saya SMA, Rm. Bene Bensi,Pr mengajar Bahasa Jerman.  Beliau  tinggal di Cancar dan sesekali ke Kuwu untuk mengajar Bahasa Jerman. 

5. Rm Frans  Doo Koo,Pr. Rm. Frans sering melayani umat di Paroki St. Kalus Kuwu pada misa Hari Minggu . Sedangkan pada hari lain, Rm. Frans satang pada sore hari di hari tertentu untuk mengajar Kitab Suci dan  Sejarah Gereja. Sambil mengajar di St. Klaus Rm. Frans melayani umat  di Paroki  Ngkor.  Beliau memiliki tugas utama sebagai gembala di Paroki Ngkor. Sedangkan  pelayanan di Kuwu hanya sebagai tugas tambahan.

6. Mgr. Vitalis  Djebarus, SVD.  Sesekali  Mgr. Vitalis datang dari Denpasar ke St. Klaus Kuwu untuk memberikan pelayanan kepada umat di Kuwu, termasuk kepada anak-anak SMP St. Klaus Kuwu, berupa rekoleksi dan misa di Gereja St. Klaus Kuwu atau  juga merayakan Pesta St, Klaus atau  bulan Maria di di Gua Maria Wae Balak, Kuwu. Pater Waser, SVD memiliki komunikasi yang sangat baik dengan  Mgr. Vitalis Djebarus, SVD.  Ketika Mgr. Vialis masih bertugas sebagai  Uskup Ruteng, beliau mengatur penempatan Pater Waser, SVD  di Paroki Wangkung, Rahong, tempat asal beliau. Di Gua Maria Wae Balak, SVD  Mgr. Vitalis  mengkotabahkan pentingnya  hidup  membawa damai bagi sesama.

7. Para Pastor Tamu. Ada banyak Pastor tamu yang  datang ke Kuwu untuk melayani  Misa  bagi  umat dan anak-anak sekolah, baik  misa  harian maupun  Peyaan khusus, Paskah misalnya.  Rm Alfons Segar, Pr  [ernah melayani Umat  dan anak-anak SMP - SMA St. Klaus Kuwu  pada  Pekan Suci  1991 (?).  Saat itu Rm. Alfons,Pr  masih bertugas sebagai Prases Seminari Kisol.  Selain Rm. Alfons, Pr. masih ada Rm. Edu Jebarus,Pr,  Pater  Belasius  Woda Pale, SVD, Pater Gabriel Mite, SVD.  Selain itu ada  Rm. Dr. Ambros Pedo,Pr sempat mengunjungi SMP St. Klaus sekitar tahun 1988.  Saat itu  beliau  sudah bertugas sebagai   Praeses Seminari Tinnggi St. Petrus Ritapiret, Maumere - Flores.   Pada tahun 1988, Rm. Hubertus Leteng,Pr mengunjungi SMP. St. Klaus Kuwu setelah  mengunjungi keluarganya di  Wae Mbeleng. Hanya saat itu Rm. Hubert Leteng,Pr  datang  berkunjung sebentar ke asrama St. Klaus. Kami  bertatap  muka   dengan   beliau di Aula Asrama  Putri saat itu.  Sekitar tahun 1991, Rm. Frans Aci,Pr  datang ke St. Klaus memberikan retret / rekoleksi  kepada anak-anak SMA St. Klaus  Kuwu. 

8. Para Bruder. Ada 3 orang  Bruder yang bertugas di Kuwu, yakni Bruder Valens Halim, SVD, Bruder Daniel Modok, SVD, Bruder Paul, SVD.   Bruder Paul,SVD   dan Bruder Daniel Modok, SVD  bertugas  sebagai  pembina asrama.  Bruder Paul mengajarkan kami Keterampilan  mengetik.   Bruder Valens,SVD  bertugas di Bengkel sekaligus  memberikan pembinaan rohani kepada anak-anak sekolah, termasuk membawakan renungan saat Doa Rasario di  Gua Maria Wae Balak  Kuwu.  Renungan yang dibawakan Bruder Valens, SVD selalu menarik. Bruder Valens berasal dari wilayah Kempo, Manggarai Barat. 

9. Para  ftater TOP. Ada  banyak frater TOP  yang  mengabdi di St. Klaus, diantaranya, Fater Aleks Armanjaya, Fr. Dionisius Osharjo, Fr. Frans Adi, Fr. Anton Suparno, Fr. ............ Sumarwoto  (orang Jawa, bekas SJ,  sarjana sejarah.  Fr. Anton Suparno  dan Fr. Sumarwoto kedua-duanya berasal dari Jawa,  bergabung sebagai calon imam untuk keuskupan Denpasar. Ketika praktek, Bp Uskup  Denpasar, Mgr. Vitalis  Djebarus  menempatkan mereka di St, Klaus  sebagai pembina Asrama. Setelah mengabdi setahun, mereka kembali ke Ritapiret.

10. Komunitas suster PRR

Selain mengumpulkan Para Pastor  dan  bruder serta  frater, Pater  Waserm SVD  menggalang kerja sama dengan  komunitas suster PRR. Beliau membangun  biara PRR  Kuwu. Ada  banyak suster  yang berkarya di Kuwu, baik di sekolah maupun di Asrama Putri. Di sekolah misalnya ada Sr. Philomena,PRR  dan Sr, Sophi,PRR  yang berperan sebagai guru dan Kepala Sekolah.  Selain itu ada suster Franseska yang menangani Koperasi sekaligus  Asrama Putri. Ada juga Sr. Roberta yang membantu mengurus asrama.  Juga aga suster Marceline, PRR  yang melayani  kesehatan anak-anak yang  sakit. 


JPS, 26 November 2021.

_____


Kenangan akan Pater  Anton Ernst Waser, SVD

  1. Gereja paroki Hati Kudus Yesus Golowelu saat itu. Pada salah  siku balok gereja bapa bagian kiri  depan, ada tulisan Tukang Wangkung. Tukang Wangkung itu maksudnya yang mengerjakan  bangunan itu adalah tukang yang berasal dari Paroki Wangkung, Rahong. Saat itu yang menjadi Pastor paroki Wangkung adalah Pater Anton Ernst Waser, SVD.  Begitu saya   telusuri ternyata  Gereja Hati Kudus Yesus Golowelu didirikan pada 1983. Peletakan batu pertamax 18 Juli 1983. Pater Mezzaros, SVD  dan Imam baru saat itu Pater Marcek Agot, SVD yg memimpin misa.Pater Wasser saat itu direncanakan ikut misa tp berhalangan hadir.   Pater Anton Ernst Waser, SVD  sudah mulai terkenal di Golowelu saat itu. Gereja Golowelu itulah awal mula saya mengenal Pater  Waser, SVD  meski  pengenalan itu agak samar  karena belum pernah ketemu muka.  Dari karyanya kita mengenal orangnya. 
  2. Kotbah  di Gereja St; Klaus  Kuwu. Saat misa di Gereja St.  Klaus Kuwu. Ada saatnya Pater Waser merayakan misa di Gereja St. Klaus, Kuwu. Pada saat itu Gereja  St. Klaus Kuwu merupakan bagian dari Paroki Wangkung.  Dari sekian misa yang saya ikuti, saya  hanya mengingat ketika  Pater Waser berkotbah tentang burung nazar," Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun. Burung nazar merupakan burung pemakan bangkai.  Bangkai melambangkan apa dan siapa? Burung nazar melambangkan apa? (Luk 17:37, lengkapnya: Luk 17:33-37). Mayat, dalam Bahasa Yunani , Soma ( = tubuh ynng mati/ mayat; tubuh yang hidup,   tubuh yang dikorbankan, tubuh kemuliaan). Burung Nazar.  dalam Bahasa Yunaninya, Aitos yang berarti elang, / rajawali.  Dimana tubuh  yang dikorban / tubuh kemuliaan, di situ burung rajawali  berkumpul. Apakah mayat itu lambang Yesus?  Apakah burung nazar itu lambang  orang Kristen yang berkumpul  di Gereja saat meayakan perjamuan Kudus / Ekaristi?  Semoga kita menjadi burung Nazar (Rajawali)  yang  terbang ke langit menuju  Surga pada akhir  zaman, setelah menikmati  tubuh mulia Tuhan Yesus yang dikorbankan untuk kita.  ( NB: Teks warna   merah, tambahan dari saya berdasarkan pencarian makna teks itu, termasuk dalam Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=akFTD2NCYS0)     ------ JPS, 6 Juni 2022. 

















__________

PATER WASER SEBAGAI PEMERSATU 

Pater  Waer  menyatukan kaum berjubah. Mgr. Wihelmus Van Bekkum, SVD  menghabiskan waktu ruanya di  Wangkung, sambil sesekali melayani anak-anak SMP St. Klaus.

Selain itu Pater Waser, SVD  juga menerima Pater Geradus Mezenberg, SVD,  Administrator Kapitularis  Keusukupan Ruteng  periode  (4 September 1980–3 Desember 1984). Pater Geradus  sempat mengajar  Agama  SMP St. Klaus  Kuwu. 

Selain itu Pater Waser, SVD   mengayomi Rm Adol  Sanar,Pr.  Rm. Adolf  Sanar  mengajar Bahasa Jerman di SMA St. Klaus.

Pater  Waser, SVD  mendirikan Biara PRR.

Di Asrama  ada  Bruder Paul, SVD  dan Daniel, SVD.


Selain tiu  ada Romo Bene Bensi,Pr yang mengajar  Bahasa Jerman di SMA. Juga ada Rm. Frans  Doko,Pr  yang  mengjar Kitab Suci dan  Sejarah Gereja.

Di Paroki Kuwu, Para  pastor   tamu mempersembahkan  misa di Gereja St. Kalaus  Kuwu, misalnya  Pater  Belasius Woda Pale, SVD. Pastoe ini tertenal dengan retorika  kotbah yang bagus. Selain itu ada Romo Edu Jebarus,Pr  yang  datang untuk  pimpin misa  untuk melayani misa harian untuk anak SMP -SMA St. Klaus. 
Setelah itu  Pater Waser, SVD mendirikan  Novisiat SVD  Kuwu.


__________


Sejenak Bersama RP. Ernst Waser, SVD  Pencetus Misionaris Fidei Donum Flores Ke Swiss Dan Eropa

Oleh: Stefanus Wolo Itu (Imam Projo KAE, Misionaris Fidei Donum di Keuskupan Basel Swiss)

Sumber: https://www.pojokbebas.com/sejenak-bersama-rp-ernst-waser-svd-pencetus-misionaris-fidei-donum-flores-ke-swiss-dan-eropa/

RP. Ernst Waser Dijaga Malekat Pelindung

Hari Senin, 14 Februari yang lalu saya ke Steinhausen. Saya mengunjungi Missionshaus Maria Hilf atau komunitas SVD Santa Maria Penolong di sana. Missionshaus Maria Hilf Steinhausen adalah satu-satunya rumah SVD di Swiss saat ini. Saya mengikuti ibadat dan makan siang bersama sambil ngobrol dengan sama saudara.
Mayoritas penghuni komunitas Steinhausen adalah para misionaris senior Swiss seperti Hansruedi Krieg, Marsel Frey, Rainer Schaffhauser, Tony Hollenstein. Hansruedi pernah bermisi di Brasil dan Tony Hollenstein di Papua Nugini. Mereka menikmati masa tua di Steinhausen sambil sesekali membantu pelayanan di paroki-paroki sekitar.

Selain imam-imam tua, komunitas Steinhausen juga dihuni imam-imam medior seperti Matthias Helms (orang Jerman yang pernah bermisi di Ghana Afrika), Juliprost dan Antonio dari Philipina, Simon dari Mexico
dan Albert Nampara dari Mbaumuku-Ruteng, Flores, Indonesia. Para imam medior ini melayani paroki-paroki di sekitar Steinhausen. Dan jasa pelayanan mereka mendukung kehidupan komunitas.

Saya juga ke Steinhausen untuk mengunjungi RP. Ernst Waser SVD. Ernst lahir di Wolfenschiessen, Engelbert 15 Juni 1929. Ia menikmati masa kecil di Oberdorf, Stans dan menyelesaikan pendidikan SD hingga SMA di
Stans. Tahun 1949 Ernst masuk Novisiat SVD di Sankt Augustin Jerman dan ditahbiskan menjadi imam tahun 1954.

RP.Ernst pernah menjadi bapak asrama dan guru sekolah SVD di Marienburg Sankt Gallen Swiss. Tahun 1968 Ernst dipercayakan sebagai Rektor Steinhaussen dan tahun 1971 beliau terpilih menjadi Provinsial
SVD Swiss. Awal tahun 1977 Ernst meninggalkan Steinhaussen-Swiss dan menuju tanah misi di Bumi Congkasae Manggarai Flores Indonesia hingga kini. Sejak itu Ernst jarang ke Steinhaussen lagi.

Ernst tiba di Swiss Selasa 8 Februari lalu. Delapan Februari rupanya tanggal hoki buat Ernst. Tanggal 8 Februari 1977 Ernst menginjakkan kaki untuk pertama kali di Jakarta. Tanggal 8 Februari 2022, Ernst menginjakkan kakinya di Swiss. Ernst dijemput Thomas dan Nitha Müller-Soplanit, Tresi Rigit dan Maria Roni Sri Rohanah di Bandara internasional Zürich. Selanjutnya Maria Roni mengantar Ernst ke rumah masa kecilnya di Oberdorf Stans. Oberdorf adalah kampung yang sudah lama Ernst tinggalkan, namun juga selalu dirindukan. Ernst berada di Oberdorf Selasa sore 8 Februari-Kamis 10 Februari. Di sana Ernst dilayani dengan penuh cinta oleh Andreas dan istrinya Stephanie.

Andreas adalah cucu dari Walter Waser (Kakak kandungnya Ernst yang kini berusia 96 tahun). Ernst nampak bersukacita karena boleh menginap lagi di kamar dan rumah masa kecilnya.  Sayangnya Ernst tidak bisa berada lebih lama di sana. Andreas dan Stephanie sangat sibuk mengurus lahan pertanian dan hewan-hewan peninggalan keluarga besar Waser. Mereka juga harus menjaga keempat anak. Anak-anak ini sedang dalam usia bermain. Rumah adalah tempat bermain utama mereka di musim dingin.


RP. Ernst Waser, SVD didampingi RD. Stefanus Wolo Itu (kiri) dan RP. Albert Nampara, SVD saat berada di rumah orang tuanya di Oberdorf Stans, Swiss, Kamis (10/2/22). (Foto: istimewa)

 

Karena itu Kamis, 10 Februari RP. Albert Nampara SVD dan saya menuju Oberdorf. Ernst sangat senang menerima kedatangan kami. Sambil menikmati kopi dan kue hidangan Stephanie, kami ngobrol seputar perjalanan Ernst ke Swiss. Kami memuji beliau. “Pater hebat ya! Kita sedang berada dalam situasi Pandemie. Tidak mudah mengikuti prosedur perjalanan keluar negeri di masa pandemie. Pater juga tidak vaksin. Usia sudah sangat tua. Eropa juga masih musim dingin“.

Sambil tersenyum beliau menjawab kami:  “Tuhan membimbing saya melalui para malaikat pelindung. Mereka menjaga saya. Para malaikat pelindung itu hadir dalam diri alumni santu Klaus, para petugas di Bandara
Jakarta dan Zürich, orang-orang yang menerima saya di Bandara Zürich, ibu Maria yang menjemput dan menghantar saya ke Oberdorf. Malaikat pelindung juga hadir dalam diri Stephanie, Andreas dan anak-anak. Kamu berdua juga malaikat penyelamat karena menjemput dan membawa saya ke Steinhausen,”: kata Pater Ernest.


Sambil guyon kami menjawab beliau: “Kami menjemput dan membawa pulang misionaris hebat, orang kudus dari Manggarai Flores ke Steinhausen“. Pater Ernst hanya senyum-senyum. Kami tahu beliau tidak mengerti
omongan kami. Antene pendengarannya sudah macet. Setiba di komunitas Steinhausen, Ernst disambut oleh sama saudara. Merekalah yang menjadi malaekat-malaekat pelindung selama Ernst berada di Steinhausen.

Ernst Tak Seperti Dulu Lagi

Saya dan  RP. Albert Nampara, SVD sempat menanyakan tujuan kedatangan Ernst ke Swiss. Jawabannya bervariasi: “Saya ingin bertemu seorang sahabat baik. Dia akan menyerahkan hartanya dan mendukung karya saya di Flores. Saya juga ingin bertemu Nuntius Apostolik di Bern. Saya ingin mengundang Paus Fransiskus ke Labuan Bajo. Paus ke sana sebagai turis. Di sana kami bisa berdialog langsung dengan Paus tentang
sinode, tentang potensi skisma dan bla bla bla….“.

Kami mengangkat jempol untuk beliau. Tapi kami juga bermain mata dan bergumam satu sama lain: „Bro, Pater Ernst tidak seperti dulu lagi. Dia tidak muda lagi. Usianya memasuki 93 tahun. Bicaranya campur aduk
Jerman, Swiss-Jerman dan Indonesia. Pater Ernst sudah pikun!“. Ernst yang kami jumpai saat ini adalah Ernst yang sudah mengalami gangguan demensia. Dia mengalami gangguan daya ingat. Dia lupa peristiwa yang baru
terjadi. Kami sempat menanyakan dia tentang lamanya waktu dia berada di Swiss. Saat pertama dia menjawab: „Hanya seminggu“. Kali kedua Ernst menjawab:  „Saya tinggal 10 hari di Swiss“. Kali ketiga dia menjawab: “Saya belum tahu berapa lama“.

RP. Ernst sudah sulit fokus. Dia tidak bisa lagi menulis dengan baik. Juga tidak mampu mengoperasikan handphone. Dari Jakarta Cordi Jurumat sudah memberikan petunjuk penggunaan Handphone dan membeli paket data internasional secukupnya. Sayangnya Ernst tidak bisa menggunakan HP itu dan menyimpan rapi di tas kecilnya.


RP. Ernst Waser, SVD didampingi RD. Stefanus Wolo Itu (kiri) dan para pastor SVD di Rumah SVD Steinhaussen, Swiss, baru-baru ini. Foto Istimewa.


Ernst juga mengalami disorientasi waktu dan tempat. Dia bingung akan waktu dan sering lupa tempat di mana dia berada. Dia tidak tahu lagi rencana harian. Ernst sudah sangat tua dan lelah. Bila berada di kamar
Ernst lebih banyak tidur dan berdoa. Dia membutuhkan bantuan orang lain. Dia tidak bisa lagi mengurus pakaian dan dirinya sendiri.

Ernst mengalami banyak perubahan perilaku dan kepribadian. Kadang dia cenderung diam dengan mata yang menerawang jauh. Entah ke Wangkung di Flores sana atau cita-citanya yang belum terwujud. Beliau sering mudah tersinggung dan gampang kecewa. “Ernst itu kepala keras sampai tua“, kata teman-teman yang mengenal Ernst. Beliau sering cepat marah tanpa alasan yang jelas. Beliau bisa jengkel dengan semua orang termasuk pimpinan, sama saudara, rekan kerja dan keluarga sendiri. Dia menganggap banyak orang bekerja sama melawan dia.

Penggagas Misionaris Fidei Donum Ke Swiss

Saya pertama kali bertemu RP. Ernst Waser tanggal 26 Maret 2013 di Longko, Wangkung-Manggarai Flores. Saya dan RD. Yosef Marianus Langga bertemu beliau sebelum ke Werang. Kami perlu mempersiapkan diri di
Santu Klaus Werang-Manggarai Barat sebelum mengikuti kursus bahasa Jerman di Sankt Augustin Jerman dan selanjutnya bermisi di Swiss.

Di Werang kami tinggal bersama RD. Frans Adi, RP. Gusti Naba SVD, guru-guru dan siswa-siswi SMP-SMA Santu Klaus mulai 25 Maret hingga akhir September 2013. Selama rentang waktu itu kami hampir selalu
bertemu RP. Ernst bila beliau datang ke Werang atau saat kami ke Longko-Wangkung.

RP. Ernst Waser menggagas pengiriman imam-imam Fidei Donum dari gereja-gereja lokal di Flores untuk keuskupan Basel Swiss. Istilah Fidei Donum dalam bahasa Latin berarti “Karunia Iman“. Fidei Donum
adalah nama Ensiklik yang dikeluarkan Paus Pius XII pada tanggal 21 April 1957. Paus Pius XII prihatin dengan situasi gereja katolik di seluruh dunia.

Dalam ensiklik ini Paus meminta para uskup sedunia untuk berbagi visi dalam menghadapi tantangan misi gereja universal. Kita mendukung gereja universal dengan bantuan doa, ketenagaan, material dan
finansial. Kita memperhatikan kawasan Eropa. Agama kristen telah dibuang di Eropa! Orang-orang muda kita sudah tidak mengetahui agama. Mereka telah dirasuki oleh propaganda kaum ateis.

Para uskup diminta mengirim imam-imam untuk mengisi ruang-ruang luas tak terbatas di Amerika Selatan. Mereka diminta membantu karya misi di Asia, Afrika dan Oceania. Para imam hadir untuk mendukung kemajuan di tanah misi. Para imam menjadi agen perubahan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik.Gereja harus berdiri kokoh di pelbagai belahan dunia. Dan para imam harus mengantar umat Allah untuk menikmati
kemakmuran sejati.

Setahu saya gereja-gereja lokal di Indonesia sudah sejak lama menjalankan amanat ensiklik ini. Mereka mengirim imam-imamnya untuk membantu keuskupan lain di Indonesia. Mgr. Donatus Djagom dan Mgr.
Abdon Longinus Da Cunha dari Keuskupan Agung Ende juga melakukan hal yang sama. Beberapa imam diosesan KAE pernah menjadi misionaris Fidei Donum domestik: RD. Bone Viator ke keuskupan Merauke, RD. Sius Sega, RD. Egidius Parera, RD. Dominikus De Dowa dan RD. Don Bosco Jata ke Keuskupan Padang;  RD. Daslan Yosef Moangkabu dan juga RD. Sius Sega ke keuskupan Baucau Timor Leste.

Dinamika zaman terus berubah. Mgr. Vincentius Sensi Potokota bersama Uskup Ruteng Mgr. Hubertus Leteng, Uskup Maumere Mgr. Kerubim Parera dan Uskup Larantuka Mgr. Frans Kopong Kung melanjutkan amanat ensiklik Fidei Donum ini. Gereja lokal Flores mengirim imam-imamnya untuk berkarya di Keuskupan Basel Swiss. Dan PP. Ernst Waser SVD berperan penting dalam perutusan ini.

Mgr. Sensi menulis percikan gagasan gemilang RP Waser, berikut petikannya, “Kita perlu berpikir untuk merajut suatu relasi dengan gereja Swiss, sebagai ucapan terima kasih gereja Flores yang sebelumnya dievangelisasi oleh misionaris Eropa dengan sangat gemilang, sampai membuat Flores begitu unggul dalam kekatolikan,
terutama menjadi dapur panggilan imam dan hidup bakti. Sekarang giliran sebaliknya, Flores harus rela ambil arus evangelisasi balik ke Eropa, yang mengalami krisis kelangkaan imam-imam dan pelayanan imamiah, karena panggilan di Eropa hampir nihil“.

Atas dukungan para Uskup Flores, RP. Ernst bersama Romo Hans Zuend, saat itu penanggung jawab personalia Keuskupan Basel membantu para uskup Flores dan Mgr. Felix Gmür dari Keuskupan Basel. Mereka membangun komunikasi intensif dan menghasilkan kesepakatan untuk mengirim para misionaris Fidei Donum dari gereja-gereja lokal Flores ke keuskupan Basel Swiss.

RP. Ernst berperan aktif menyiapkan calon-calon misionaris Fidei Donum Flores sebelum ke Swiss. Ada sejumlah misionaris Fidei Donum dari Flores: RD. Adolf Sanar, RD. Fidelis Den (sudah kembali ke Ruteng)
dan RD. Roy Djelahu dari Keuskupan Ruteng. RD. Hironimus Kwure dari keuskupan Larantuka, RD. Yosef Marianus Langga dan saya sendiri (RD. Stef Wolo Itu) dari Keuskupan Agung Ende. RP. Ernst mengatur kami
lewat jalur-jalur SVD di Jakarta dan Sankt Augustin Jerman. Kami merasakan peran istimewa, uluran tangan dan curahan kasih RP. Ernst Waser dan tentu saja sama saudara SVD.

Mengapa ke Keuskupan Basel Swiss-Eropa? Swiss memiliki enam keuskupan yaitu Basel, Sankt Gallen, Chur, Lugano, Sitten dan Fribourg-Genewa-Laussane. Keuskupan Basel merupakan keuskupan terbesar di Swiss dan wilayahnya meliputi sepuluh kanton/provinsi. Ja hampir setengah wilayah negara Swiss. Keuskupan Basel membutuhkan banyak tenaga imam dan tenaga pastoral awam.

Tugas Nyata Misionaris Fidei Donum

Dalam pelbagai kesempatan selama di Flores (saat saya di Werang dan saat cuti 2016), RP. Ernst selalu mengingatkan tugas-tugas konkret misionaris Fidei Donum di Swiss.

Pertama, pada abad-abad yang lalu bumi Eropa mengirim para misionarisnya ke seluruh dunia termasuk Flores. Kita berterima kasih kepada bumi Eropa termasuk Swiss. Para Imam Fidei Donum merupakan
tanda terima kasih dari tanah misi Flores untuk bumi Eropa dan misionaris Eropa di masa lalu. Ernst mengingatkan saya: „Kamu harus menjadi Fidei Donum atau tanda karunia iman dari Flores untuk bumi
Eropa“.

Kedua, panggilan imamat di Swiss dan Eropa terus menurun. Sementara panggilan di gereja-gereja lokal Flores terus bertumbuh. Kehadiran misionaris Fidei Donum dari Flores membantu pelayanan di paroki-paroki. Swiss kekurangan tenaga imam. Kamu ke sana untuk mengisi kekurangan itu, meski belum semuanya terpenuhi. Saya pribadi merasakan itu. Beberapa tahun awal saya hanya melayani dua paroki. Sekarang saya
harus melayani enam paroki.

Ketiga, kamu ke sana untuk belajar pengalaman pastoral. Kamu membawa dan membagi pengalaman pastoral kita di Flores. Pengalaman, gaya, strategi karya pastoral di Flores  tentu saja berbeda dengan Swiss. Kamu belajar banyak hal baru di sana. Tapi mereka juga akan belajar sesuatu dari kamu. Kamu perlu rendah hati supaya bisa saling belajar dan saling memperkaya dalam pelayanan.

Keempat, zaman menuntut kita untuk membangun jejaring kerja sama dengan siapa pun yang berkehendak baik. Kita imam adalah tangga dan jembatan. Di sana kamu mesti berjejaring dengan dewan paroki dan umat
paroki, rekan-rekan imam dan rekan kerja pastoral. Kamu berjejaring dengan pihak keuskupan, lembaga-lembaga sosial kemanusiaan, lembaga-lembaga donor yang bisa membantu karya pastoral gereja lokal
kita. Kamu merawat relasi dan menjaga kepercayaan mereka. Relasi dan kepercayaan harus sejalan.

Kelima, setiap orang yang bekerja di Swiss menerima gaji sesuai dengan tata aturan pemerintahan Swiss. Begitu pun seorang imam atau awam yang bekerja di sana juga menerima gaji dari paroki. Dewan paroki mengatur gaji para pastor dan para agen pastoral lainnya. Dewan paroki adalah pemberi kerja untuk para pastor dan petugas pastoral lainnya. Mereka mengatur supaya kamu nyaman bekerja di Swiss. Kamu menerima gaji yang layak sesuai standar hidup orang Swiss. Dengan gaji itu kamu membayar pajak pemerintah, pajak gereja, pelbagai macam asuransi termasuk kesehatan. Gaji itu juga untuk membiayai kehidupan, dana hari tua dan dana pensiun. Dan jangan lupa, kamu juga mempunyai kewajiban moral untuk membantu karya pelayanan di keuskupan asalmu.

Inilah rambu-rambu peringatan RP. Ernst Waser yang selalu saya ingat. Saya berterima kasih karena misionaris Eropa di masa lalu sudah menyiapkan gereja lokal kita. Mereka juga menyiapkan formasi imam diosesan. Paradigma imam diosesan adalah mengikat diri dan bekerja di gereja lokalnya. Tapi dengan situasi aktual saat ini, paradigma itu mesti perlahan beralih dan turut memperhatikan gereja universal.

Jurisdiksi imam diosesan memang bersifat teritorial. Artinya terbatas pada wilayah gereja lokalnya. Tapi karakter tahbisan imam melampaui batas wilayah. Sifatnya universal dan tanpa batas. Karakter universal
ini mengharuskan kita untuk memiliki semangat solider dan misioner dengan gereja lokal di belahan bumi lainnya termasuk Swiss, tanah air RP.  Ernst Waser dan Eropa sebagai rahim para misionaris hebat di masa
lalu.

Terima kasih para misionaris Eropa di masa lalu. Terima kasih RP. Ernst Waser. Misionaris sejati yang sudah berjasa membagi “Fidei Donum atau Karunia Iman“ dari Swiss untuk gereja-gereja lokal Flores mulai
dari Manggarai hingga Lembata. Terima kasih untukmu sebagai penggagas pengiriman misionaris Fidei Donum dari gereja-gereja lokal Flores di Keuskupan Basel Swiss. Saat ini engkau sudah pikun. Tapi kami harus
tetap menghormatimu sebagai manusia bermartabat mulia, imam dan misionaris SVD sejati, tokoh pendidikan, bapak pembangunan dan guru kehidupan. (Eiken AG, 17. Februari 2022…)






_______________________________________________


Berikut  info  di WAG  tentang  Pater  Waser, SVD


Ase kae Alumni YTK:


Berikut kami sampaikan update urusan Pater Waser di jakarta, sbb:


1. Sdh dilakukan pemeriksaan kesehatan lengkap, meliputi:

- cek darah lengkap

- rongten

- USG

- konsultasi dokter spesialis.

Dengan hasil, sbb:

* pembengkakan di testis disebabkan oleh cairan, bukan tumor atau kanker prostat

* tidak disarankan utk operasi krn usia lanjut, dan pater tdk ada keluhan soal itu. Terapinya dg memakai celana sport, supaya cairan itu bisa keluar melalui air seni.

* ada flek di paru (ringan) yg disebabkan oleh jamur atau udara dingin. Butuh konsultasi lanjutan.

* pembengkakan di kaki disebabkan oleh kekurangan albumin. 


Dengan demikian secara umum kondisi pater msh sangat sehat. 


2. Utk rencana pertemuan dg alumni di Jabodetabek, sdh bisa kita agendakan pd hari minggu, 6 maret 2022. Start jam: 10 pagi. Misa, ramah tamah.


3. Dengan kondisi2 spt di atas, pater bisa dijadwalkan kepulangannya ke manggarai, pd rabu (minggu depan). 


4. Pater akan nginap 2 malam di labuan bajo. Kraeng bp sonya, dkk di bajo, silahkan kondisikan kegiatan selama di labuan bajo. 


5. Utk acara kapu di longko, wangkung, akan dikoordinasikan dg kraeng yasintus ratu, dkk. 



Demikian utk diketahui. 

Salam cinta st. Klaus😍🙏



______


Photo  berikut  merupakan   gambar pertemuan Pater Wase dengan Alumni Santu Klaus   JABODETABEK pada Minggu, 6  Maret 2022 di Pampalasa Resto,    Bekasi ,  Jawa  Barat.

Para Alumni yang hadir saat itu:  Leo Dunu, Rudolf Sudiron, dan saya (Frans Jelata)  dari angkatan keempat SMP dan  angkatan kedua SMA.  Lalu  Edu  Jebaru  (?), Ignas  Watu, Elias Sumardi Dabur, Wily Hambur  dari angkatan kelima SMP, Kordy Jerumat, Rosi Janggor, Sony Nomer, Ardy Susanto dari angkaran keenam SMP, Ferdy  Seriang  dari angkatan  kesembilan (?) ,   Iwan  dari angkatan .....SMP. 

Pada sore hari Rafael Idemly Don Bosco  dan .........  hadir. Mereka  hadir saat  berkumpul di rumah Rosy Janggor  di  Grand  Wisata.



Pertemuan ini  berdasarkan  undangan dari  pengurus ALUMNIS SANKLA JABODETABERK  seperti berikut:


UNDANGAN 


Ase Kae Alumni St. Klaus di Jabodetabek YTK, sehubungan dg acara syukuran, ramah tamah dan makan bersama dg P. Waser, bersama ini kami undang kita semua utk hadir, pada:


Hari/tgl: Minggu, 6 Maret 2022

Pukul: 11.00 - 14.00 WIB

Tempat: Pampalassa Resto, Grand Wisata, Bekasi


Agenda:

1. Diskusi soal YBAPPEW

2. Mendengar dari Pater

3. Diskusi point2 yg disampaikan dari "MENDENGAR DARI PATER" 


Demikian undangan ini disampaikan. Semoga kita semua bisa hadir dan dijauhkan dari semua halangan.